Powered By Blogger

Selasa, 27 November 2012

Kelebihan Seorang PEMULA




Hore!
Hari Baru, Teman-teman.

Sudah berapa lama Anda bekerja? Tentu Anda sudah menjadi ahli dalam profesi yang Anda jalani. Tidak diragukan lagi jika keahlian Anda itu menjadi kelebihan, sekaligus faktor keunggulan Anda. Wajar. Jika semakin lama kita bekerja, semakin meningkat keahlian, keterampilan, maupun pengalaman kita. Wajar juga, jika dengan semua kelbihan itu kita bisa mendapatkan bayaran yang lebih tinggi. Namun, ada kelemahan kronis yang sering dimiliki oleh para profesional berpengalaman seperti kita.
Apakah itu? Antusiasme. Untuk soal yang satu ini, kita sering kalah jauh dibandingkan dengan para pemula. Makanya, dengan segudang pengalaman itu; kita sering cepat loyo. Cepat mengeluh. Dan cepat melemah. Setiap kali menghadapi situasi yang kurang menyenangkan di tempat kerja; kita, menjelma menjadi professional handal yang lembek. Tidak seperti para pemula yang selalu menggelora itu. Ataukah Anda masih antusias seperti mereka?


Ijinkan saya menceritakan sebuah kisah nyata. Tentang seorang karyawan yang baru saja diterima bekerja di sebuah perusahaan besar. Perusahaannya yang besar. Kalau gajinya sih, pas saja. Maksudnya; pas-pasan saja. Pas untuk membayar kontrakan, pas untuk makan sehari-hari. Pas untuk membayar ongkos naik bis. Tidak ada lagi yang bersisa. Memang hanya itu yang bisa dijangkaunya dengan gaji bulanan yang diterimanya. Tetapi dalam keserba ‘pas’-an itu sang karyawan baru seneng saja menjalani pekerjaannya. Setiap hari, dia bangun pagi-pagi sekali. Bergegas mandi, lalu segera pergi menaiki metro mini yang sejalur dengan arah kantornya. Bukan hanya berusaha supaya bisa datang di kantor sebelum jam delapan, dia bahkan menjadi orang yang datang paling pagi. Anda boleh memberinya nama Mr. A.

Selain Mr. A ada juga Mr. B. Beliau ini sudah punya pengalaman kerja yang banyak. Bahkan sekarang gajinya hampir 10 kali lipat Mr. A. Tentu sudah tidak termasuk pas-pasan lagi. Sudah lebih dari cukup untuk menjalani hidup. Adapun soal keluhan-keluhannya mengenai gaji yang tidak pernah cukup, itu disebabkan karena dia sendiri yang gemar bergonta ganti gadget. Setiap kali ada yang baru, dia menukarnya meskipun sebenarnya gadget yang dia punya juga masih tergolong baru. Tak ragu dia menggunakan kartu kreditnya untuk mencicil ini dan itu. Jadi, tidak bisa menyalahkan perusahaan jika gajinya tidak kunjung bersisa. Toh perusahaan sudah membayarnya dengan harga yang pantas. Anehnya, dengan bayaran yang tinggi itu dia masih suka mengomelkan pekerjaannya. Setiap hari, dia bangun santai saja. Lalu, menyalahkan kemacetan di jalanan sebagai biang keladi keterlambatannya tiba di kantor.

Mr. A sekarang sudah mencicil motor. Mr. B sekarang sudah mendaptkan mobil dari kantor. Dengan sepeda motor cicilannya Mr. A bisa menghemat pengeluaran karena naik angkutan umum bisa menghabiskan biaya tiga kali lipat dibandingkan membeli bensin satu tengki untuk 3 hari. Dan dia semakin bersemangat saja pergi ke kantor, karena sekarang dia bisa punya sisa dari gaji. Sekaligus bisa mengefektifkan waktu perjalanan sehingga sekarang, dia tiba dikantor lebih pagi lagi. Sedangkan Mr. B semakin sering terjebak kemacetan. Sehingga semakin sering lagi terlambat datang ke kantor. Mr. A, tidak pernah terlambat karena dia sadar bahwa sebagai seorang pegawai kecil; dia harus menunjukkan kesungguhan. Dan dia bersyukur, perusahaan mau menerimanya bekerja disana. Sedangkan Mr B, tahu betul kalau dirinya adalah orang yang penting bagi perusahaan. Sehingga saking pentingnya, perusahaan tidak akan bisa menegurnya. Dia menganggap bahwa perusahaan beruntung punya karyawan seperti dirinya.

Dibulan Desember, Mr A dan Mr. B menjalani performance appraisal dengan atasannya masing-masing. Mr. A sadar jika penilaian atasan merupakan masukan penting bagi dirinya agar bisa menjadi karyawan yang lebih baik lagi. Sedangkan Mr. B sadar benar jika perusahaan mesti lebih banyak lagi mendengarkan dirinya sehingga dia menang mutlak saat beradu argument dengan atasannya tentang penilaian itu. Walhasil, di bulan April; Mr A dan Mr B mendapatkan surat kenaikan gaji. Masing-masing, mendapatkan kenaikan gaji 10%. Meskipun persentasenya sama, tapi absoultnya berbeda karena basis angkanya berbeda. Kenaikan 10% dari gaji 10 juta kan menghasilkan tambahan 1 juta. Sedangkan 10% dari gaji satu setengah juta ya hanya seratus lima puluh ribuh rupiah saja. Meskipun begitu, Mr. A berujud sambil berurai air mata bisa mendapatkan kenaikan gaji double digit. Sedang Mr. B mempertanyakan, kenapa sih kenaikan gaji kok cuman 10% saja?!!!

Mr. A bertekad untuk bekerja lebih baik, karena perusahaan sudah baik memberinya kenaikan gaji double digit. Maka kerjanya pun semakin giat. Semakin bersemangat. Semakin hebat. Sedangkan Mr. B mengirim pesan chating pada temannya di perusahaan lain;”ditempat elo kenaikan gaji berapa persen?”. Ketika temannya menjawab “15%” kepalanya langsung puyeng. Lalu mengetik pesan ini:”Sialan, ditempat gue cuman 10%. Bego nih perusahaan. Nggak menghargai karyawannya.”
Temannya membalas:”Kan setiap perusahaan beda policy dan kemampuannya….” Lalu dia pun kembali menimpali dengan ping begini:”Kalau gini sih ngapain gue bertahan disini. Ditempat elo ada lowongan nggak…..?”

Mr. A dan Mr. B. Menjalani dua kondisi yang berbeda. Yang baru bekerja, dan yang berpengalaman lama. Yang harus mencicil motor pribadi, dan yang mendapatkan fasilitas mobil dari perusahaan. Yang gajinya UMR pas-pas, dan yang gajinya eksekutif plus-plus. Yang tempat kerjanya dikubikal sumpek, dan yang tempat kerjanya ruang kantor tertutup berAC sejuk. Yang seragamnya itu-itu saja, dan yang dasi dan jasnya berganti-ganti. Yang kenaikan gajinya hanya beberapa ratus ribu rupiah saja. Dan yang kenaikan gajinya bernilai jutaan.

Jelas sekali kondisi Mr A berbeda jauh dengan kondisi Mr. B. Sekarang, siapakah yang paling bisa menikmati hidup. Siapakah yang paling baik menjalankan pekerjaannya. Siapakah yang paling mencintai pekerjaannya. Dan. Siapakah yang paling menghargai kebaikan-kebaikan perusahaannya?
Anda, apakah termasuk Mr.A itu. Ataukah Mr.B? Apapun pilihannya, hanya Anda sendirilah yang tahu jawabannya. Tetapi, sebelum Anda terlanjur jauh memikirkan jawaban yang paling jujur, izinkan saya untuk memberi tahu Anda bahwa Mr. A dan Mr. B mempunyai sebuah persamaan. Tahukah Anda apa persamaan diantara mereka? Ketahuilah bahwa Mr. A dan Mr. B itu adalah orang yang sama. Kisah ini adalah tentang seorang pribadi, bukan dua. Seorang manusia. Seorang saja. Hanya saja, mereka berada pada periode waktu yang berbeda. Mr. A adalah gambaran kehidupan kerjanya ketika baru diterima di kantor itu. Sedangkan Mr.B adalah gambaran kehidupan kerjanya beberapa tahun kemudian. Dapatkah Anda menemukan orang-orang seperti Mr. A dan Mr. B di tempat kerja Anda? Ataukah, mungkin Anda sendiri adalah Mr.A dan Mr. B itu? Jawaban terbaiknya, hanya Anda sendiri yang mengetahui.

Sekalipun demikian, ada jenis karyawan lain yang setelah menjalani fase masa kerjanya sebagai Mr. A, dia berevolusi menjadi Mr. C. Yaitu orang yang antusiasmenya tidak pernah luntur barang sedikitpun. Profesional yang meskipun pengalaman, dan masa kerjanya terus bertambah; tetapi selalu bisa menjaga komitmennya kepada pekerjaan. Eksukutif yang meskipun sudah menapak semakin tinggi dengan beragam fasilitas yang diberikan oleh kantornya; dia masih tetap memelihara rasa syukur, kecintaan, dan dedikasinya terhadap pekerjaan dan perusahaan.

Setelah melalui fase sebagai Mr A itu; Anda ingin menjadi pribadi yang lebih dekat dengan gambaran Mr. B, ataukah Mr. C? Hanya Anda sendirilah yang berhak menentukannya. Kenapa? Karena masa depan Anda. Kualitas hidup Anda. Dan nilai pribadi Anda. Adalah teritori yang hanya Anda sendirilah yang berhak menentukannya. Namun apapun pilihan Anda; hendaknya Anda tidak pernah membuang segala kelebihan dan sikap positif yang pernah Anda miliki. Sebagai seorang pemula. Karena setiap pemula, mempunya kelebihan yang sering tidak dimiliki lagi; ketika dia, sudah tidak menjadi pemula lagi.

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman – 26 November 2012
Leadership and Personnel Development Trainer
0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
Catatan Kaki:
Ketika mulai bekerja dulu, kita juga sangat antusias dan selalu positif, kok. Hanya saja, kita sering lupa bahwa dulu kita pernah bisa bersikap seperti itu.

Selasa, 13 November 2012

Diagnosis Diabetes Melitus

Diagnosis diabetes melitus hanya dapat ditegakkan setelah terbukti dengan pemeriksaan gula darah.
Kadar gula darah yang jelas mengindikasikan diabetes adalah:
1. Berada dalam kisaran > 200 mg/dl untuk kadar gula darah sewaktu (GDS) atau
2. >=126 mg/dl untuk kadar gula darah puasa (GDP) dan
3. Kadar gula darah saat 2 jam setelah minum larutan glukosa 75 gram (2 jam post prandial/2jamPP). Bila kadarnya >=200 mg/dl maka dapat dipastikan Anda menderita diabetes, kadar 140-199 mg/dl dikatakan Anda menderita gangguan toleransi glukosa, dan kadar < 140 mg/dl menandakan bahwa Anda tidak menderita kedua keadaan tersebut (normal).

Selain itu Kecurigaan adanya Diabetes Melitus (DM) dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM yaitu 3P (poliuri, polidipsi, polifagi), dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
a. Poliuri adalah sering berkemih terutama waktu istirahat (malam hari) yaitu 3-5 kali sehari,
b. polidipsi adalah rasa haus terus menerus,
c. polifagi adalah makan yang berlebihan. Keluhan lain dapat berupa kesemutan, lemah badan, gatal pada kulit, mata kabur, gatal pada alat kelamin pada wanita.

Sumber:
http://www.klikdokter.com/tanyadokter/read/2012/03/09/16515/diabetes-melitus

Kamis, 08 November 2012

SIFAT PRIA BERDASARKAN POSISI TIDUR


Ahli psikologi Australia telah mengidentifikasi posisi tidur pria yang dapat dikaitkan dengan sifat dasar dan kepribadiannya. Bahkan, riset tersebut telah ditambahkan dalam daftar identifikasi yang telah banyak kita ketahui sebelumnya.

1. Tidur Telengkup
Pria yang kerap tidur telengkup dengan posisi bantal di bawah kepala dan tubuhnya di tengah-tengah ranjang merupakan ciri-ciri pribadi yang bertanggung jawab dan idealis. Dia pencinta yang baik dan memiliki profesionalme kerja yang kuat, dan secara bertahap mampu meningkatkan karier.

2. Tidur Meringkuk
Posisi tidur meringkuk seperti kucing menandakan pria yang kurang nyaman akan dirinya. Ia membutuhkan partner yang kuat dan mandiri. Pria baik, tapi tidak pandai meraih karier.

3. Posisi Memeluk Bantal
Posisi tubuh berada di sisi kanan atau kiri tempat tidur dengan tangan memeluk bantal atau pasangan, dia termasuk pria bertanggung jawab dan pendiam. Dia tahu betul apa yang diinginkan dalam kehidupannya, dapat menjadi ayah yang baik, pencinta yang lembut, dan pemimpin dalam dunia kerja.

4. Posisi Mendekat Kepada Pasangannya
Pria yang tidurnya kerap memposisikan tubuh dan wajahnya dekat dengan pasangan tergolong pria yang tidak mudah jatuh cinta, tapi sangat menghargai kenyamanan dan wanita yang dicintainya. Dia juga seorang pria yang tidak mudah cemburu, tidak gampang selingkuh. Dalam dunia pekerjaan, ia bukan seorang yang pintar mengejar karier.

5. Tidur Telungkap dengan Posisi Tubuh Melintang
Tidur telungkap dengan posisi tubuh melintang biasanya menjadi tanda pria yang bisa memegang prinsip hubungan monogami. Ia family man yang luar biasa, tapi juga diktator dan kurang bisa menolerir sebuah kompromi. Dalam pekerjaan, pria ini biasanya mapan dan selalu memiliki tujuan

sumber: http://ramalansifat.blogspot.com/2011/08/sifat-pria-dari-posisi-tidur.html